Ajaran Manunggaling Kawula Gusti adalah konsep mensyiarkan agama islam ajaran dari Syekh Siti Jenar yang terbukti kesuksesannya dalam memberi daya tarik orang agar masuk agama islam. Baik dari rakyat jelata hingga para penguasa kerajaan majapahit tertarik untuk memeluk agama islam setelah diwejangkan konsep Ajaran Manunggaling Kawula Gusti oleh Syekh Siti Jenar. Jadi dengan sistem memberikan pola pikir pembaharuan yang pelan
tetapi pasti, berikut ini wawancara kami dengan R.Tjakra Djajaningrat
budayawan asal salatiga, mengenai leluhurnya terkait pemahaman
Manunggaling Kawula Gusti, yang terbagi 2 konsep, yang pertama secara
syariat istilah Manunggaling Kawula Gusti diterapkan oleh Syekh Siti
Jenar.
Konsep Syariat Manunggaling Kawula Gusti
Konsep syiar ini banyak orang yang tidak mengerti, hanya memandang berpikir gebyah uyah-nya saja. Padahal Konsep Syariat Manunggaling Kawula Gusti adalah sistem politik yang tepat sasaran dan dapat diterima dengan akal sehat dalam mensyiarkan agama islam. Manunggaling Kawula Gusti jika ditilik dari secara syariat mengandung arti, Manunggaling = Bersatu, Kawula = Rakyat/ Wong Cilik dan Gusti = Penguasa/ Penggedhe. Jadi yang dimaksud bersatunya antara rakyat dan penguasa maka hidup akan diamis toto tentrem kerto raharjo. Yang rakyat menghormati penguasa, penguasa mikirin nasib rakyat, ibarat lidi yang diikat menjadi sapu lidi, pasti sanggup membersihkan kotoran yang ada. Lidi disebut juga sodo, maka jika orang mau memahami Manunggaling Kawula Gusti harus memiliki sodo. Sodo kiasan dari kalimasada yang diartikan orang harus masuk islam dengan membaca dua kalimat syahadat.
Dengan konsep syiar inilah yang membuat Syekh Siti Jenar sukses dalam mengislamkan orang-orang diera pemerintahan kerajaan majapahit. Dari berbagai kalangan mulai rakyat jelata, tokoh spiritual hingga pejabat keraton majapahit-pun masuk islam. Mengapapa demikan? secara konsep berbangsa dan bernegara Konsep Syariat Manunggaling Kawula Gusti tidak lain mirip dengan konsep Mahapatih Gajahmada yang mempersatukan nusantara ini di era kejayaan majapahit. Namun ada pula yang lain yakni Konsep Spiritual Manunggaling Kawula Gusti yang membuat tokoh agamawan, penganut kepercayaan jawa dan penggedhe keraton majapahit tertarik untuk mempelajarinya.
Konsep Spiritual Manunggaling Kawula Gusti
Ajaran Manunggaling Kawula Gusti dari Syekh Siti Jenar secara spiritual ada beberapa tahapan, namun pada dasar simplenya untuk meraih ngelmu kasempurnan orang harus mengolah dan menggembleng dirinya terlebih dahulu. Seperti halnya pola pikir atau cara pandang tokoh spiritual jawa kala itu, penuh tirakat tapa brata agar memiliki ilmu kanuragan, jayakawijayan, hingga kawaskitan (kebatinan). Cara pandang inilah yang di islamkan dan diberi solusi untuk mempermudah dalam mencapainya. Konsep Spiritual Manunggaling Kawula Gusti mengajarkan pada orang lebih menyatukan dirinya dalam olah cipta, rasa dan karsa dengan itu baru mengerti sejatinya hidup (mengenali jatidirinya) baru menyatukan diri dengan prestasi ibadah untuk menganal Allah. Man 'Arafa Nafsahu, Faqad Arafa Rabbahu. “Siapa yang mengenal dirinya, akan mengenal Rabb-nya”.
Ajaran secara spiritual ini masuk akal jadi orang lebih mengenal islam dianggap memberi pencerahan, sebab cara budaya yang salah dibenahi atau dibetulkan kekliruannya. Tak heran Syekh Siti Jenar sukses mengislamkan lebih dari 50% orang-orang dibawah kepemimpinan kerajaan majapahit.
Walisongo bangga dengan Kesuksesan Syiar Islam Syekh Siti Jenar dengan Ajarannya Manunggaling Kawula Gusti, namun dari sisi lainnya visi dan misi-nya menjadi terganjal. Disinilah konflik dimulai, adanya pro kontra diantara walisongo. Namun kembali pada awal visi dan misinya didirikan dewan walisongo selain mensyiarkan islam dan mendirikan kerajaan islamdengan mendukung Raden Fatah menjadi raja pertama kerajaan islam di jawadwipa. Dengan hal itu Syekh Siti Jenar harus disingkirkan karena sebagai penghalang besar, jika majapahit menjadi islam tentu Demak Bintoro tidak bisa menjadi kerajaan islam. Kerajaan Demak harus berdiri sendiri tanpa bayang-bayang Majapahit.
Konsep Syariat Manunggaling Kawula Gusti
Konsep syiar ini banyak orang yang tidak mengerti, hanya memandang berpikir gebyah uyah-nya saja. Padahal Konsep Syariat Manunggaling Kawula Gusti adalah sistem politik yang tepat sasaran dan dapat diterima dengan akal sehat dalam mensyiarkan agama islam. Manunggaling Kawula Gusti jika ditilik dari secara syariat mengandung arti, Manunggaling = Bersatu, Kawula = Rakyat/ Wong Cilik dan Gusti = Penguasa/ Penggedhe. Jadi yang dimaksud bersatunya antara rakyat dan penguasa maka hidup akan diamis toto tentrem kerto raharjo. Yang rakyat menghormati penguasa, penguasa mikirin nasib rakyat, ibarat lidi yang diikat menjadi sapu lidi, pasti sanggup membersihkan kotoran yang ada. Lidi disebut juga sodo, maka jika orang mau memahami Manunggaling Kawula Gusti harus memiliki sodo. Sodo kiasan dari kalimasada yang diartikan orang harus masuk islam dengan membaca dua kalimat syahadat.
Dengan konsep syiar inilah yang membuat Syekh Siti Jenar sukses dalam mengislamkan orang-orang diera pemerintahan kerajaan majapahit. Dari berbagai kalangan mulai rakyat jelata, tokoh spiritual hingga pejabat keraton majapahit-pun masuk islam. Mengapapa demikan? secara konsep berbangsa dan bernegara Konsep Syariat Manunggaling Kawula Gusti tidak lain mirip dengan konsep Mahapatih Gajahmada yang mempersatukan nusantara ini di era kejayaan majapahit. Namun ada pula yang lain yakni Konsep Spiritual Manunggaling Kawula Gusti yang membuat tokoh agamawan, penganut kepercayaan jawa dan penggedhe keraton majapahit tertarik untuk mempelajarinya.
Konsep Spiritual Manunggaling Kawula Gusti
Ajaran Manunggaling Kawula Gusti dari Syekh Siti Jenar secara spiritual ada beberapa tahapan, namun pada dasar simplenya untuk meraih ngelmu kasempurnan orang harus mengolah dan menggembleng dirinya terlebih dahulu. Seperti halnya pola pikir atau cara pandang tokoh spiritual jawa kala itu, penuh tirakat tapa brata agar memiliki ilmu kanuragan, jayakawijayan, hingga kawaskitan (kebatinan). Cara pandang inilah yang di islamkan dan diberi solusi untuk mempermudah dalam mencapainya. Konsep Spiritual Manunggaling Kawula Gusti mengajarkan pada orang lebih menyatukan dirinya dalam olah cipta, rasa dan karsa dengan itu baru mengerti sejatinya hidup (mengenali jatidirinya) baru menyatukan diri dengan prestasi ibadah untuk menganal Allah. Man 'Arafa Nafsahu, Faqad Arafa Rabbahu. “Siapa yang mengenal dirinya, akan mengenal Rabb-nya”.
Ajaran secara spiritual ini masuk akal jadi orang lebih mengenal islam dianggap memberi pencerahan, sebab cara budaya yang salah dibenahi atau dibetulkan kekliruannya. Tak heran Syekh Siti Jenar sukses mengislamkan lebih dari 50% orang-orang dibawah kepemimpinan kerajaan majapahit.
Walisongo bangga dengan Kesuksesan Syiar Islam Syekh Siti Jenar dengan Ajarannya Manunggaling Kawula Gusti, namun dari sisi lainnya visi dan misi-nya menjadi terganjal. Disinilah konflik dimulai, adanya pro kontra diantara walisongo. Namun kembali pada awal visi dan misinya didirikan dewan walisongo selain mensyiarkan islam dan mendirikan kerajaan islamdengan mendukung Raden Fatah menjadi raja pertama kerajaan islam di jawadwipa. Dengan hal itu Syekh Siti Jenar harus disingkirkan karena sebagai penghalang besar, jika majapahit menjadi islam tentu Demak Bintoro tidak bisa menjadi kerajaan islam. Kerajaan Demak harus berdiri sendiri tanpa bayang-bayang Majapahit.